Kamis, 09 Juni 2016

Cahaya sebagai Fosil Alam Semesta

Cahaya merupakan salah satu gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak membutuhkan medium perantara. Lawan dari gelombang elektromagnetik adalah gelombang mekanik, yaitu gelombang yang membutuhkan medium perantara.

Cahaya merupakan fosil alam semesta. Fosil dalam hal ini tidak termasuk ke ilmu paleontologi, tetapi ilmu
kosmologi, yaitu ilmu yang mempelajari alam semesta, dan kosmologi merupakan cabang dari ilmu astronomi.

Mengapa cahaya dikatakan sebagai fosil alam semesta? Karena jika seorang menelusuri alam semesta yang penuh akan cahaya (seperti bintang, galaksi, atau cluster), maka orang tersebut menelusuri masa lalu dalam waktu yang bersamaan. Dikatakan demikian karena ada istilah "tahun cahaya". Misal, jarak antara  bintang Alpha Century dengan bumi adalah 20 tahun cahaya, itu artinya cahaya akan sampai ke bumi dalam jangka waktu 20 tahun. Jika kita melihat bintang Alpha Century maka kita telah melihat 20 tahun ke belakang. Contoh lain, jika Anda mengamati sebuah galaksi yang jauhnya 40 juta tahun cahaya, maka dia telah melihat 40 juta tahun ke belakang, artinya kita hanya melihat galaksi yang ada di masa lalu bukan di zaman sekarang. Hal itu dikarenakan cahaya sampai dalam kurun waktu 40 juta tahun.

Dikarenakan cahaya merupakan sebuah fosil alam semesta, saya membuat sebuah teori. Jarak antara bumi dan matahari adalah 150.000.000.000 meter, jika dirubah ke tahun cahaya maka jaraknya adalah 8 menit cahaya. Andaikan jarak pengamat A dengan pengamat B adalah 1 meter, maka jarak antara dua pengamat tadi adalah 1/3,2 milyar detik cahaya. Teorinya adalah bahwa: pertama, jika seseorang melihat benda pada jarak satu meter/kurang dari itu maka dia telah melihat masa lalu, walaupun cahaya datang dengan cepat. kedua, jika kita melangkahkan kaki dan kita melihatnya maka apa yang kita itu sudah terjadi (masa lalu). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan dari teori saya bahwa kita digerakkan sedangkan diri kita tidak menyadarinya. Siapakah yang menggerakkan kita? Tidak lain adalah Allah swt yang Maha Berkehendak. (Wallahu 'alam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar